Materi Pecinta Alam

Minggu, 30 Desember 2012

Faktor Kepadatan Bebas "Density Independent" Terkait Pola Rekrutmen dalam Biologi Perikanan


Densitas populasi menunjukan besarnya populasi dalam satuan ruang. Umumnya
dinyatakan sebagai jumlah individu atau biomas persatuan luas atau volume. Densitas
dalam studi atau kajian ekologi memiliki fungsi yang sangat besar, karena pengaruh populasi
terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya jenis organismenya saja tetapi juga jumlahnya
atau densitasnya. Densitas juga dapat digunakan untukmengetahui perubahan populasi pada suatu saat tertentu (berkurang atau bertambah).
Densitas populasi dalam ekosistem dapat diukur dan ditentukan melalui dua cara
yaitu:
1. Densitas kotor (Crud density): Jumlah individu suatu populasi per satuan areal
seluruhnya
2. Densitas efektif atau dikenal sebagai kerapatan ekologi yaitu jumlah individu suatu
populasi per satuan ruang habitat

Densitas populasi apabila fluktuasinya kita perhatikan maka akan dapat kita gunakan
untuk menentukan faktor-faktor yang mengontrol ukuran dari populasi. Faktor-faktor itu
dikenal dengan istilah faktor kepadatan bebas (density independent) dan faktor kepadatan
tidak bebas ( density dependent). Density independent merupakan faktor perubahan
lingkungan yang berpengaruh terhadap anggauta populasi secara merata. Sebagai contoh,
tsunami yang menimpa sebagian Aceh dan Sumatra Utara akan mematikan semua anggota
populasi tertentu. Secara umum ketersediaan makanan merupakan density dependen,
demikian juga kompetisi, penyakit dan peristiwa migrasi.


Faktor – faktor yang  mempengaruhi density independent :

a.    Erupsi gunung berapi akan menimbulkan lahar panas yang mengaliri sungai-sungai dilereng gunung. Erupsi ini akan membuat beberapa spesies ikan lokal di sungai itu mengalami kepunahan, sehingga populasinya juga hilang.
b.   Kekeringan yang melanda KJA di waduk akan membuat kadar salinitas meningkat karena suhu panas   akan mempercepat evaporasi, hal ini akan membuat ikan stress dan mati.
c.    Hujan deras apalagi bersifat asam membuat perairan bergeser nilai pH-nya kemudian akan berdampak  pada populasi ikan yang peka terhadap perubahan pH.
d.   Perubahan iklim yang ekstrem akan membuat pertumbuhan ikan relatif stagnan atau bergerak lambat. Secara perlahan hal ini akan membuat jumlah populasi ikan menurun.  Perubahan iklim dapat mengubah rantai makanan laut secara keseluruhan dan sumberdaya perikanan khususnya, karena perubahan iklim akan mempengaruhi kadar oksigen terlarut di perairan.
e.    Berubahnya rantai makanan akan membuat struktur populasi ikan berubah. Fenomena ini sudah banyak teramati di Indonesia, antara lain ditandai dengan bergesernya musim ikan, dan berubahnya fishing groundkelompok ikan jenis tertentu.
f.    Suhu perairan yang tidak stabil akan mempengaruhi distribusi dan kemampuan reproduksi ikan. Terhadap perikanan budidaya perubahan ini juga akan berdampak antara lain melalui pengaruh berbahaya kualitas air, peningkatan penyakit pest dan penyakit-penyakit lainnya.

sumber : staff.uny.ac.id/sites/default/files/Handout%20Ekologi_0.pdf
              http://destririzkiarifelia.blogspot.com/2012/09/laporan-densitas-po.html


Rabu, 26 Desember 2012

Mahameru , Tanah Tertinggi di Pulau Jawa



Mahameru, adalah sebutan terkenal dari puncak Gunung Semeru dengan ketinggian ± 3.676 meter diatas permukaan laut (mdpl), menempatkan diri sebagai gunung tertinggi di Pulau Jawa. Gunung Semeru termasuk salah satu dari gunung berapi yang masih aktif di Jawa Timur, terletak diantara wilayah Administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang dengan posisi geografis antara 7°51’ - 8°11’ Lintang Selatan, 112°47’ - 113°10’ Bujur Timur.

Puncak Gunung Semeru (Mahameru) dapat terlihat dengan jelas dari Kota Malang dan beberapa tempat lainnya dengan bentuk kerucut yang sempurna, tapi pada kondisi yang sebenarnya di puncak berbentuk kubah yang luas dengan medan beralun disetiap tebingnya. Kawah Jonggring Saloko pada tahun 1913 dan tahun 1946 mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava kebagian selatan daerah Pasirian, Candipura dan Lumajang.



Gunung Semeru adalah bagian termuda dari Pegunungan Jambangan tetapi telah berkembang menjadi strato-vulkano luas yang terpisah. Aktivitas material vulkanik yang dikeluarkannya berupa Letusan abu, lava blok tua dan bom lava muda, Material lahar vulkanik bercampur dengan air hujan atau air sungai, Letusan bagian kerucut yang menyebabkan longsoran, Pertumbuhan lambat/berangsur dari butiran lava dan beberapa kali guguran lahar panas.

Formasi geologi Gunung Semeru merupakan hasil gunung api kwarter muda, dengan jenis batuan terdiri dari : abu pasir/tuf dan vulkan intermedian sampai basis dengan fisiografi vulkan serta asosiasi andosof kelabu dan regosol kelabudengan bahan induk abu/pasir dab tuf intermedian sampai basis. Bentuk struktur geologi menghasilkan batuan yang tidak padat dan tidak kuat ikatan butirannya, mudah tererosi dimusim penghujan.



Jenis tanahnya adalah regosol, merupakan segabungan tanah dengan sedikit perkembangan profil dengan sedikit perkembangan profil dengan solum dangkal, tipis pada bahan induk kukuh. Pada umumnya ditempat tinggi lainnya, daerah sepanjang route perjalanan dari mulai Ranu Pane (2.200 m dpl) sampai Puncak Semeru mempunyai suhu relatif dingin. Suhu rata-rata berkisar antara 30C–80C pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 00C–120C kadang-kadang pada beberapa daerah terjadi hujan es yang terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau dan sebaliknya.

Dinginnya suhu disepanjang route perjalanan ini bukan semata-mata disebabkan oleh udara diam tetapi didukung oleh kencangnya angin yang berhembus ke daerah ini menjadi udara semakin dingin. Berdasarkan topografi kawasan secara makro, pada tiupan angin membentuk pola yang tidak menentu dalam arti dominasi arah angin sulit ditentukan selalu berubah-ubah. Bentuk topografi yang dilingkari oleh tebing tinggi sekitar 200-500 meter sebenarnya memungkin dapat menahan arus kecepatan angin, tetapi karena banyak celah/lorong tebing tersebut, maka arus angin tidak tertahan bahkan melaju dengan kecepatan yang lebih cepat.

Topografi dan Iklim

Bentuk topografi yang berupa cekungan sering terjadi angin siklus. Angin yang bertiup dikawasan ini berkaitan erat dengan pola angin disekitarnya, yaitu Angin tenggara atau angin Gending, Angin timur laut dan Angin barat laut.

Kecepatan angin yang terjadi cukup kuat antara 8–30 knots, dimana saat musim angin kencang banyak dijumpai pohon tumbang. Angin ini bertiup antara bulan Desember – Pebruari, dan untuk mencegah bahaya disarankan agar wisatawan/pengunjung tidak melakukan pendakian ke gunung semeru.

Merupakan hal yang biasa bila terjadi kabut sepanjang route perjalanan pendakian pada pagi hari dan sore hari sampai malam hari. Didaerah Ranu Kumbolo dan Kalimati sebagai tempat untuk menginap/bermalam selalu ditutupi kabul yang tebal.

Keberadaan kabut yang terjadi didua tempat tersebut selain dinginnya suhu udara (proses kondensasi udara), juga angin yang bertiup didaerah tersebut sambil membawa kabut. Khusus di daerah Ranu Kumbolo dengan adanya danau yang cukup luas menjadi pendukung pembentukan kabut karena proses penguapan air danau.

Secara umum keadaan iklim di wilayah gunung Semeru dan sekitarnya termasuk type iklim B (Schmidt & Ferguson) dengan curah hujan antara 927 mm – 5.498 mm pertahun dan hari hujan 136 hari/tahun. Musim hujan jatuh sekitar bulan Nopember–April. Suhu udara di puncak Gunung Semeru pada bulan – bulan tersebut berkisar antara 2 derajat celcius – 4 derajat celcius.

Vegetasi dan Keanekaragaman Hayati

Vegetasi yang berada di wilayah Gunung Semeru dan sekitarnya yang termasuk dalam Zona Sub Alfin di dominir oleh jenis pohon Cemara Gunung (Casuarina Junghuhniana), Jumuju (Podocarpus sp), Mentigi (Vacinium varingifolium), Kemplangdingan (Albazialophanta) dan Akasia(Accasia decurrens).



Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominasi oleh Alang – alang (Imperata Cylindrica), Kirinyuh (Euphatorium odoratum), Tembelekan (Lantana camara), Harendong (Melastomo malabathicum) dan Edelwiss putih (Anaphalis javanica). Pada lereng – lereng yang curam menuju puncak Semeru sekitar Arcopodo dijumpai jenis paku-pakuan seperti Gleichenia volubilisGleichenia longisulus dan beberapa jenis anggrek endemik yang hidup di wilayah Semeru selatan.

Disekitar Gunung Semeru pada ketinggian lebih dari 3.100 meter dari permukaan laut, kondisinya merupakan batuan, pasir dan abu tanpa vegetsi sama sekali. Kehidupan fauna yang terdapat di sekitar Gunung Semeru sangat terbatas, baik jumlah maupuan jenisnya yang terdiri dari beberapa jenis burung, primata dan satwa liar lainnya, antara lain Macan Kumbang (Panthera pardus), Kijang (Muntiacus muntjak), Kancil (Tragulus Javanica) dan lain – lain. Di Ranu Kumbolo terdapat Belibis (Anas superciliosa) yang masih hidup liar.

Rute Pendakian

Pada bulan-bulan libur sekolah, pendakian menuju Gunung Semeru bakal rame. Ranu Kumbolo yang menjadi favorit para pendaki dan sekaligus sebagai camp sementara untuk istirahat sebelum menuju puncak akan berubah menjadi perkampungan baru para pendaki dari berbagai penjuru. Untuk Menuju daerah awal pedakian kita bisa mengunakan dua jalur yaitu dari arah Senduro – Lumajang dan Tumpang-Malang.

Jalur Senduro–Lumajang

Jalur ini relatif sepi bagi pendakian karena belum begitu terkenal di kalangan pendaki, Akses transportasi juga masih agak susah dijumpai untuk menuju ke Ranu Pani dari Senduro. Bila kita melewati jalur sini kita bisa menikmati hutan hutan yang masih relatif alami dan tempat persembahyangan agama hindu di Senduro yang merupakan pura terbesar di Jawa. Dari Senduro ke Ranupani membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam perjalanan bermotor. Dari setelah tiba di Ranupani perjalanan sama dengan jalur Tumpang –Malang.

Jalur Tumpang - Malang

Pendakian dari arah Malang merupakan jalur favorit karena ketersedian akses tranportasi dan akomodasi yang mudah di dapat. Kota malang yang merupakan kota yang memiliki banyak panorama alam yang indah serta tempat tujuan wisata yang mudah dicapai. Kota yang dijuluki sebagai tempat belajar yang nyaman ini memungkinkan kita berkunjung ke pencinta alam salah satu perguruan tinggi yang terdapat di kota ini. 



Dari Kota Malang perjalanan di lanjutkan menuju ke Tumpang via Terminal Arjosari dengan Angkot selama + 30 menit. Di Tumpang kita bisa langsung naik jeep dengan tarif berkisar Rp.15.000 sampai 25.000,- atau Truk yang menuju ke Ranupani. Disini kita bisa juga bermalam di tempat pemilik jeep bila kita kemalaman dan besoknya melanjutkan perjalanan. Logistik bisa di dapat di sini serta sarana telepon juga sudah banyak.

Dari Tumpang perjalanan dilanjutkan ke Ranu pani dengan melewati Gubuklakah, yang merupakan Desa penghasil apel lalu Ngadas, Tempat Suku tengger bermukim serta Jemplang–Bantengan ( Disini pemandangan ke Gunung Bromo nampak bagaikan hamparan permadani bila awal musin hujan mulai atau akan berahkir) . Perjalanan Tumpang ke Ranu pani membutuhkan waktu sekitar 4–5 jam.

Ranu Pani (2000 m dpl) adalah sebuah dusun terahkir perjalanan bermotor dengan luas 279 Ha. Ditempat ini terdapat Pos Pemeriksaan Pendaki Gunung dan fasilitas yang ada berupa Pondok Pendaki, Pondok Penelitian, Pusat Informasi dan Kantor Resort, Wisma Cinta Alam, Wisma tamu dan Bangunan Pengelola.

Ditengah perkampungan Ranu Pani terdapat Danau (Ranu) Pani yang merupakan kawasan wisata yang mengasikan. Aktivitas memancing dan berjalan mengelilingi danau merupakan pengalaman yang terkesan. Dari Ranu Pani bila kita berjalan menyusuri jalan setapak lurus akan sampai di Ranu Regulo. (15 menit). Di Pos Ranu Pani kita juga dapat melakukan proses perijinan tetapi lebih baik perijinan dari kantor Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jl. Raden Intan No. 6 Malang 65100 telp. 0341 – 491828.

Dari Ranu Pani perjalanan dilanjutkan menyusuri jalan beraspal sepanjang ½ kilometer menuju jalan setapak pendakian menuju ke Ranu Kumbolo (2.390 m dpl). Melewati tanah pertanian daerah Watu Rejeng perjalanan menanjak di mulai. Disekitar perjalanan jalan ada yang tertutup oleh pohon tumbang/roboh ke jalan sehingga sesekali kita merayap di bawah tumbuhan rubuh. Nuansa perjalanan banyak dijumpai penduduk yang mencari kayu bakar serta burung di sepanjang route perjalanan. 

Jarak dari Ranu Pani ke Watu Rejeng sekitar 5 Km dengan waktu temput 90 menit. Lalu untuk sampai di Ranu Kumbolo membutuhkan waktu 90 menit dengan jarak 5 km. dan di Ranu Kumbolo kita bisa bermalam. Total Perjalanan dari Rani Pani Ke Ranu Kumbolo 3–4 jam perjalanan dengan jarak sekitar 10 Km.



Ranu Kumbolo (2.390 m dpl) merupakan lembah dan terdapat danau/ranu yang luasnya 12 ha. Daerah ini tempat peristirahatan yang memiliki pemandangan dan ekosistem dataran tinggi yang asli. Panorama alam di pagi hari akan lebih menakjubkan berupa sinar matahari yang terbit dari celah – celah bukit menunjukan warna – warni yang membuat di sekitar danau berwarna kemerah–merahan dan kekuningan, ditambah uap air diatas danau seakan-akan keluar dari danau tersebut. Fasilitas yang terdapat disini berupa Pondok Pendaki dan MCK untuk istirahat dan memasak serta berkemah. Di daerah ini terdapat Prasasti peninggalan jaman purbakala dn diduga merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit.

Dari Ranu Kumbolo kita bisa menuju ke Pangonan Cilik yang merupakan sebuah nama untuk kawasan padang rumput yang terletak di lembah Gunung Ayek-Ayek yang terletak tidak jauh dari Ranu Kumbolo. Asal usul tersebut oleh masyarakat setempat dikarenakan kawasan ini mirip dengan padang penggembalaan ternak (pangonan). Daya tarik dari kawasan ini merupakan lapangan yang relatif datar ditengah-tengah kawasan yang disekitarnya dengan konfigurasi berbukit-bukit gundul yang bercirikan rumput sebagai type ekosistem asli, sehingga memberikan daya tarik tersendiri untuk dikunjungi.

Setelah dari Ranu Kumbolo perjalanan diteruskan ke Kalimati. Melewati Tanjakan Cinta, yang merupakan tanjakan yang lumayan memeras tenaga dan diteruskan melewati Savana Oro-oro ombo (30 menit). Daerah ini merupakan padang rumput luasnya + 100 Ha berada pada sebuah lembah yang dikelilingi bukit–bukit gundul dengan tipe ekosistem asli tumbuhan rumput, lokasinya berada dibagian atas tebing yang bersatu mengelilingi Ranu Kumbolo. Padang rumput ini mirip sebuah mangkuk dengan hamparan rumput yang berwarna kekuningan, kadang – kadang pada beberapa tempat terendam air hujan. 

Perjalanan diteruskan ke Cemoro Kandang memerlukan waktu sekitar 3–4 jam perjalanan pendakian dan diteruskan melewati Padang Rumput–Jambangan dan menuju ke Kalimati. Di sini kita dapat bermalam dengan fasilitas Pondok pendaki dan kebutuhan air untuk memesak dapat diambil dari Sumber Mani ( 15 Menit). Perjalanan dari Ranu Kumbolo menuju Kalimati memerlukan waktu sekitas 4-5 jam perjalanan pendakian.


View khatulistiwa.info in a larger map

Setelah dari Kalimati kita menuju ke Arcopodo (2-3 jam). Arcopodo merupakan daerah yang berada dilereng puncak Gunung Semeru dan dapat digunakan untuk mendirika tenda gumn mencapai puncak Mahameru. Pagi hari setelah bermalam dari Kalimati atau Arcopodo perjalanana pendakian kita lanjutkan menuju ke puncak Jonggring Saloko dengan melewati tanah berpasir dengan kemiringan hampir 60 – 70 derajat. Diperlukan kewaspadaan khusus dalam melewati medan ini karena banyak batu – batu yang longsor oleh angin atau pendaki di atas kita. Perjalanan Arcopodo ke Puncak membutuhkan waktu 3-4 jam perjalanan pendakian.
Puncak Mahameru atau Puncak Jonggring Saloko memiliki keunikan pada setiap 10 – 15 menit sekali menyemburkan abu dan batuan vulkanik yang didahului semburan asa berwarna hitam kelam membumbung tinggi ke angkasa raya seakan – akan menyelimuti seluruh puncak. Suhu di puncak Mahameru kadang–kadang 0–4 derajat celcius yang disertai kabut yang tebal dan badai angin.
Sebelum melakukan pendakian ke gunung semeru usahakan terlebih dahulu mencari infomasi ke Kantor Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jl. Raden Intan No. 6 Malang 65100 Telp. 0341 – 491828 atau ke Organisasi Pencinta Alam misalnya IMPALA UNIBRAW, Jl. MT. Haryono 161 B (Kampus UNIBRAW) Malang Telp. 0341- 560576 atau OPA yang kamu kenal lainnya. Karena Pendakian ke Gunung Semeru tidak terus di buka atau sewaktu – waktu di tutup karena aktivitas kawah yang terus bergejolak atau ada kejadian alam disekitar jalur pendakian.
Usahakan perijinan dilakukan 3 hari sebelum pendakian via e–mail, surat atau titip ke OPA yang ada (yang dikenal). Hal ini dilakukan agar saat pendakian ramai tidak mendapatkan ijin setelah sampai lokasi pendakian.
Bila anda di puncak Mahameru usahakan jangan terlalu lama karena pada siang hari arah angin cenderung ke utara sehingga asap akan bergerak ke utara. Karena semburan asap bisa mengakibatkan keracunan dan gangguan pernapasan yang bisa berakibat meninggal seperti kejadiaan yang pernah terjadi di puncak ini.

Unduh Peta

Peta Topografi Semeru

Referensi

Global Volcanism Program
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Semeru - Wikipedia
Soe Hok Gie dan Gunung Semeru
www.khatulistiwa.info

Foto-foto

http://www.flickr.com/photos/fadilfb
http://www.flickr.com/photos/samatflickr
http://www.flickr.com/photos/tianyake

Jumat, 30 November 2012

SISTEM PENANGANAN PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT

SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU.
Syaiful Saanin, BSB Dinkes Propinsi Sumbar. Pengayaan PPDS.

Pendahuluan
          Bencana merupakan peristiwa yang biasanya mendadak (bisa perlahan) disertai jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan tepat akan menghambat, mengganggu dan merugikan masyarakat, pelaksanaan dan hasil pembangunan. Indonesia merupakan super market bencana. Bencana pada dasarnya karena gejala alam dan akibat ulah manusia. Untuk mencegah terjadinya akibat dari bencana, khususnya untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana, diperlukan suatu cara penanganan yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur) untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana. Ditingkat nasional ditetapkan Bakornas-PBP (sekarang Banas), Satkorlak-PBP dipropinsi dan Satlak-PBP dikabupaten kota. Unsur kesehatan tergabung didalamnya.
          Dalam keadaan sehari-hari maupun bencana, penanganan pasien gadar melibatkan pelayanan pra RS, di RS maupun antar RS. Memerlukan penanganan terpadu dan pengaturan dalam sistem. Ditetapkan SPGDT-S dan SPGDT-B (sehari-hari dan bencana) dalam Kepres dan ketentuan pemerintah lainnya.
          Disadari untuk peran jajaran kesehatan mulai tingkat pusat hingga desa memerlukan kesiapsiagaan dan berperan penting dalam penanggulangan bencana, mengingat dampak yang sangat merugikan masyarakat. Untuk itu seluruh jajaran kesehatan perlu mengetahui tujuan dan langlah-langkah kegiatan kesehatan yang perlu ditempuh dalam upaya kesiapsiagaan dan penanggulangan secara menyeluruh.
Tujuan
1. Didapatkan kesamaan pola pikir / persepsi tentang SPGDT.
2. Diperoleh kesamaan pola tindak dalam penanganan ksus gadar dalam keadaan sehari-
    hari maupun bencana.

Pengertian
1. Safe Community, (SC) : Keadaan sehat dan aman yang tercipta dari, oleh dan         
     untuk masyarakat. Pemerintah dan teknokrat merupakan fasilitator dan pembina.
2. Bencana : Kejadian yang menyebabkan terjadinya banyak korban gadar, yang tidak dapat  
    dilayani oleh unit pelayanan kesehatan seperti biasa, terdapat kerugian material dan terjadinya
    kerusakan infra struktur fisik serta terganggunya kegiatan normal 
    masyarakat.
3. Pasien gadar adalah pasien yang berada dalam ancaman kematian dan memerlukan 
    pertolongan segera. 
4. SPGDT : Sistem penanggulangan pasien gadar yang terdiri dari unsur, pelayanan pra RS,  
    pelayanan di RS dan antar RS. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang menekankan
    time saving is life and limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum
    dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gadar dan sistem komunikasi.
5. PSC (Public Safety Center) : Pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam
    hal-hal yang berhubungan dengan kegadaran, termasuk pelayanan medis yang dapat dihubungi
    dalam waktu singkat dimanapun berada. Merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan, yang
    bertujuan untuk mendapatkan respons cepat (quick response) terutama pelayanan pra RS. 

6. BSB (Brigade Siaga Bencana) : Satuan tugas kesehatan yang terdiri dari petugas me
    dis (dokter, perawat), paramedik dan awam khusus yang memberikan pelayanan kesehatan  
    berupa pencegahan, penyiagaan maupun pertolongan bagi korban bencana.
7. UGD (Unit Gawat Darurat) : Unit pelayanan di RS yang memberikan pelayanan pertama pada
    pasien dengan ancaman kematian dan kecacadan secara terpadu dengan melibatkan berbagai
    disiplin.
8. HCU (High Care Unit) : Unit pelayanan di RS yang melakukan pelayanan khusus bagi pasien
    dengan kondisi respirasi, hemodinamik dan kesadaran yang sudah stabil dan masih
    memerlukan pengobatan, perawatan dan pengawasan secara ketat.
9. URI (Unit Rawat Intensif) : Unit pelayanan di RS yang melakukan pelayanan khusus bagi
    pasien gadar yang menggunakan berbagai alat bantu untuk mengatasi ancaman kematian dan
    melakukan pengawasan khusus terhadap fungsi vital tubuh.

SAFE COMMUNITY
          Pelayanan kasehatan di Indonesia beralih ke dan berorientasi pada paradigma sehat. Untuk mencapai hal tsb. dicanangkan program Safe Community oleh Depkes pada HKN 36 di Makassar. Adalah gerakan agar masyarakat merasa sehat, aman dan sejahtera dimanapun mereka berada yang melibatkan peran aktif himpunan profesi maupun masyarakat. Gerakan ini juga terkandung dalam konstitusi WHO.
          Mempunyai dua aspek, care dan cure, Care adalah adanya kerja-sama lintas sektoral terutama jajaran non kesehatan untuk menata perilaku dan lingkungan di masyarakat untuk mempersiapkan, mencagah dan melakukan mitigasi dalam menghadapi berbagai hal yang berhubungan dengan kesehatan, keamanan dan kesejahteraan. Cure adalah peran utama sektor kesehatan dibantu sektor lain terkait dalam upaya melakukan penanganan keadaan dan kasus-kasus gadar.
          Kemampuan masyarakat melakukan pertolongan pertama yang cepat dan tepat pra RS merupakan awal kegiatan penanganan dari tempat kejadian dan dalam perjalanan ke RS untuk mendapatkan pelayanan yang lebih efektif di RS.
Melalui gerakan SC diharapkan dapat diwujudkan upaya-upaya untuk mengubah perilaku mulai dari kelompok keluarga, kelompok masyarakat dan lebih tinggi hingga mencapai seluruh masyarakat Indonesia. Gerakan ini harus dikembangkan secara sistematis dan berkesinambungan dengan mengikutsertakan berbagai potensi. Gerakan ini ditunjang komponen dasar : Subsistem komunikasi, transportasi, yankes maupun non kesehatan termasuk biaya yang bersinergi.
Sistem yang dikembangkan Depkes adalah pengembangan model dan pembuatan standar maupun pedoman yang diperlukan. Daerah memiliki peluang menyusun rencana kesehatan sesuai kebutuhan dan kemampuan masyarakatnya.

Visi gerakan SC
          Menjadi gerakan di masyarakat yang mampu melindungi masyarakat dalam keadaan kedaruratan sehari-hari dan melindungi masyarakat dalam situasi bencana maupun atas dampak akibat terjadinya bencana, sehingga tercipta perilaku masyarakat dan lingkungan sekitarnya untuk terciptanya situasi sehat dan aman.

Misi gerakan SC
1. Mendorong terciptanya gerakan masyarakat untuk menjadi sehat, aman dan sejahtera.
2. Mendorong kerja-sama lintas sektor dan program dalam gerakan mewujudkan 
    masyarakat sehat dan aman. 
3. Mengembangkan standar nasional dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
4. Mengusahakan dukungan pendanaan bidang kesehatan dari pemerintah, bantuan luar         
    negeri dan bantuan lain dalam rangka pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan 
    kesehatan terutama dalam keadaan darurat. Menata sistem pendukung pelayanan ke
    sehatan pra RS dan playanan kesehatan di RS dan seluruh unit pelayanan kesehatan di  
    Indonesia.

Nilai dasar
1. SC meliputi aspek care (pencegahan, penyiagaan dan mitigasi),
2. Equity, adanya kebersamaan dari institusi pemerintah, kelompok/organisasi profesi dan 
    masyarakat dalam gerakan SC.
3. Partnership, menggalang kerja-sama lintas sektor dan masyarakat untuk mencapai tujuan  
    dalam gerakan SC.
4. Net working, membangun suatu jaring kerja-sama dalam suatu sistem dengan melibatkan
    seluruh potensi yang terlibat dalam gerakan SC.
5. Sharing, memiliki rasa saling membutuhkan dan kebersamaan dalam memecahkan segala  
    permasalahan dalam gerakan SC.

Maksud
          Memberikan pedoman baku bagi daerah dalam melaksanakan gerakan SC agar terciptanya masyarakat sehat, aman dan sejahtera.

Tujuan
1. Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam gerakan SC dan menata perilaku 
    masyarakat dan ingkungannya menuju perilaku sehat dan aman.
2. Membangun SPGDT yang dapat diterapkan pada seluruh lapisan masyarakat.
3. Membangun respons masyarakat pada pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat 
    melalui pusat pelayanan terpadu antara lain PSC dan potensi penyiagaan fasilitas ke
    sehatan serta peran serta masyarakat dalam menghadapi bencana.
4. Mempercepat response time kegadaran untuk menghindari kematian dan kecacadan 
    yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Sasaran yang ingin dicapai
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kepedulian masyarakat dan profesi kesehatan
    dalam kewaspadaan dini kegadaran.
2. Terlaksananya koordinasi lintas sektor terkait dalam SPGDT, baik untuk keamanan  
    dan ketertiban (kepolisian), unsur penyelamatan (PMK) dan unsur kesehatan (RS, Puskesmas,
    ambulans dll) yang tergabung dalam satu kesatuan dengan mewujudkan PSC.
3. Terwujudnya subsistem komunikasi dan transportasi sebagai pendukung dalam satu sistem,  
    SPGDT.

Falsafah dan Tujuan Organisasi dalam SC
1. Gerakan SC diwujudkan untuk memberikan rasa sehat dan aman dengan melibatkan seluruh  
    potensi masyarakat serta memanfaatkan kemampuan dan fasilitas pada pelayanan kesehatan
    pra RS dan RS atau antar RS secara optimal.
2. Merubah perilaku mulai dari anggota keluarga, kelompok hingga yang lebih tinggi secara
    berjenjang agar mampu menanggulangi kegadaran sehari-hari.
3. Ada visi, misi, tujuan dan sasaran.
4. Menggunakan motto time saving is life and limb saving dan kemampuan rehabilitasi pasca  
    keadaan gadar sebagai bagian upaya mewujudkan rasa sehat dan aman bagi masyarakat.

Ketentuan umum dalam pengorganisasian
1. Organisasi gerakan SC didaerah didasarkan pada organisasi yang melibatkan multi 
    disiplin dan multi profesisi.
2. Terdapat unsur pimpinan/wakil, sekretaris, bendahara dan anggota. 
3. Minimal melibatkan unsur keamanan dan ketertiban (kepolisian, penyelamatan/PMK dan
    kesehatan, dan kemudian dilibatkan unsur lain seperti keselamatan dan kesehatan kerja  
    karyawan dan humas.

Administrasi dan pengelolaan
1. Harus ada struktur serta uraian tugas, pembagian kewenangan dan mekanisme hubungan kerja
    dengan unit lain.
2. Unit kerja terkait al. jajaran kesehatan, kepolisian, PU, keselamatan kerja dan tenaga kerja,
    telekomunikasi, ormas (ORARI, RAPI, PMI dll).
3. Adanya ketetapan produk hukum, merupakan dasar mencapai visi, misi dan tujuan.
4. Adanya petunjuk dan informasi yang disediakan bagi masyarakat untuk mejamin kemudahan  
    dan kelancaran dalam memberikan pelayanan di masyarakat.
5. Ada PSC sebagai unit pelaksana yang berfungsi untuk respons cepat kegadaran di 
    masyarakat.

Staf dan pimpinan
1. Gerakan SC diselenggarakan oleh seluruh komponen masyarakat dengan kepala 
    daerah menetapkan keberadaan organisasi ini dengan SK.
2. Organisasi dimaksud adalah PSC yang dibangun disetiap daerah.
3. Jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang ditetapkan sesuai kebutuhan.

Fasilitas dan Peralatan
1. Fasilitas yang disediakan harus dapat menjamin efektifitas bagi pelayanan kepada 
    masyarakat termasuk pelayanan UGD di RS dengan waktu pelayanan 24 jam.
2. Sarana dan prasarana, peralatan dan obat yang disiapkan sesuai dengan standard yang 
    ditetapkan Depkes.
3. Adanya subsistem pendukung baik komunikasi, transportasi termasuk ambulans  
    dan keselamatan kerja.

Kebijakan dan prosedur
1. Tertulis agar dapat dievaluasi dan disempurnakan.
2. Ditetapkan kebijakan pelayanan kasus gadar pra RS, RS dan rujukannya termasuk 
    adanya perencanaan RS dalam penanganan bencana (Hospital disaster plan).
3. Ditetapkan adanya PSC ditiap daerah dan memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan  
    keselamatan kerja dan kegadaran sehari-hari.
SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU

Umum
          Sistem yang merupakan koordinasi berbagai unit kerja (multi sektor) dan didukung berbagai kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk menyelenggarakan pelayanan terpadu bagi penderita gadar baik dalam keadaan bencana maupun sehari-hari. pela-yanan medis sistem ini terdiri 3 subsistem yaitu pelayanan pra RS, RS dan antar RS.

Sistem pelayanan Medik Pra RS
Dengan mendirikan PSC, BSB dan pelayanan ambulans dan komunikasi.
Pelayanan sehari-hari :
1. PSC.
          Didirikan masyarakat untuk kepentingan masyarakat. Pengorganisasian dibawah Pemda. SDM berbagai unsur tsb. ditambah masyarakat yang bergiat dalam upaya pertolongan bagi masyarakat. Biaya dari masyarakat. Kegiatan menggunakan perkembangan teknologi, pembinaan untuk memberdayakan potensi masyarakat, komunikasi untuk keterpaduan kegiatan. Kegiatan lintas sektor. PSC berfungsi sebagai respons cepat penangggulangan gadar.
2. BSB.
           Unit khusus untuk penanganan pra RS, khususnya kesehatan dalam bencana. Pengorganisasian dijajaran kesehatan (Depkes, DInkes, RS), petugas medis (perawat, dokter), non medis (sanitarian, gizi, farmasi dll). Pembiayaan dari instansi yang ditunjuk dan dimasukkan APBN/APBD.

3. Pelayanan Ambulans.
          Terpadu dalam koordinasi dengan memanfaatkan ambulans Puskesmas, klinik, RB, RS, non kesehatan. Koordinasi melalui pusat pelayanan yang disepakati bersama untuk mobilisasi ambulans terutama dalam bencana.

4. Komunikasi.
          Terdiri dari jejaring informasi, koordinasi dan pelayanan gadar hingga seluruh kegiatan berlangsung dalam sistem terpadu.

5. Pembinaan.
          Berbagai pelatihan untuk meningkatan kemampuan dan keterampilan bagi dokter, perawat, awam khusus. Penyuluhan bagi awam.
Pelayanan pada bencana, terutama pada korban massal

6. Koordinasi, komando.
          Melibatkan unit lintas sektor. Kegiatan akan efektif dan efisien bila dalam koordinasi dan komando yang disepakati bersama.

7. Eskalasi dan mobilisasi sumber daya.
          Dilakukan dengan mobilisasi SDM, fasilitas dan sumber daya lain sebagai pendukung pelayanan kesehatan bagi korban.


8. Simulasi.
          Diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji melalui simulasi apakah dapat diimplementasikan pada keadaan sebenarnya.

9. Pelaporan, monitoring, evaluasi.
          Penanganan bencana didokumentasikan dalam bentuk laporan dengan sistematika yang disepakati. Data digunakan untuk monitoring dan evaluasi keberhasilan atau kegagalan, hingga kegiatan selanjutnya lebih baik.

Sistem Pelayanan Medik di RS
1. Perlu sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang dll.
2. Perlu Hospital Disaster Plan, Untuk akibat bencana dari dalam dan luar RS.
3. Transport intra RS.
4. Pelatihan, simulasi dan koordinasi adalah kegiatan yang menjamin peningkatan kemampuan  
    SDM, kontinuitas dan peningkatan pelayan medis.
5. Pembiayaan diperlukan dalam jumlah cukup.

Sistem Pelayanan Medik Antar RS.
1. Jejaring rujukan dibuat berdasar kemampuan RS dalam kualitas dan kuantitas.
2. Evakuasi. Antar RS dan dari pra RS ke RS.
3. Sistem Informasi Manajemen, SIM. Untuk menghadapi kompleksitas permasalahan dalam
    pelayanan. Perlu juga dalam audit pelayanan dan hubungannya dengan penunjang termasuk  
    keuangan.
4. Koordinasi dalam pelayanan terutama rujukan, diperlukan pemberian informasi keadaan
    pasien dan pelayanan yang dibutuhkan sebelum pasien ditranportasi ke RS tujuan.
    Hal-hal khusus
    1. Petunjuk Pelaksanaan Permintaan dan Pengiriman bantuan medik dari RS rujukan.
    2. Protap pelayanan Gadar di tempat umum.
    3. Pedoman pelaporan Penilaian Awal/Cepat.


PUBLIC SAFETY CENTER
          Diadakannya PSC dilandasi aspek time management sebagai implementasi time saving is life and limb saving yang mengandung unsur kecepatan atau quick respons dan ketepatan berupa mutu pelayanan yang sesuai standar. Unsur kecepatan dipenuhi oleh subsistem transportasi dan komunikasi handal sedang unsur ketepatan dipenuhi oleh kemampuan melakukan pertolongan penderita gadar (PPGD) meliputi basic life support dan advance life support sesuai masalah yang dihadapi. Pelayanan bersifat gratis dan begitu sampai RS, berlaku sistem pembayaran yang berlaku. Awak ambulans PSC berstandar BLS dan ALS.

Peran Dirjen Bina Yanmed Depkes
          Tujuan pembangunan kesehatan antaranya memperbaiki kualitas pelayanan diseluruh daerah dan seluruh fasilitas pelayanan. Pelayanan medik diberikan pada individu berupa upaya promotif, kuratif dan rehabilitatif yang bersifat continuum (terus menerus). Pela-yanan medik dasar berupa pencegahan primer (health promotion dan specific protection) oleh tenaga medik maupun non medik. Pencegahan sekunder berupa deteksi dini dan pengobatan serta pembatasan cacad, serta pencegahan tertier berupa rehabilitasi medik maksimal oleh dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lain. Yanmed dasar merupakan basis dari sistem rujukan medik spesialistik.

Hubungan Kebijakan Depkes dengan pelayanan pada masyarakat
          Arah dan kebijakan pembangunan kesehatan yang ditetapkan Menkes lebih menekankan pada upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan tanpa mengabaikan pelayanan penyembuhan dan rehabilitasi untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2010. Berdasar PP 25/2000 tentang kewenangan Pemerintah dan kewenangan propinsi dan Kepmenkes 130/2000 tentang Organisasi dan cara kerja Depkes, maka yanmed dalam pembangunan kesehatan memerlukan :
1. Penetapan pedoman sertifikasi teknologi yanmed.
2. Penetapan pedoman penerapan, penapisan dan pengembangan teknologi dan standar etika
    medik.
3. Penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana yanmed.
4. Penetapan standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga kesehatan.
5. Penetapan pedoman pembiayaan yanmed.

Paradigma yanmed unggulan menganut pada (mengacu pada dasar-dasar bangkes tsb.):
1. Pergeseran orientasi dari professional driven menjadi client driven, klien yang semula objek  
    menjadi subjek pelayanan. Otonomi klien sangat diutamakan seperti pada informed consent  
    yang berupa pemberian informasi timbal balik seimbang. Hubungan provider dan client  
    merupakan dasar yanmed. Kepuasan klien merupakan fokus pelayanan yang menjamin
    kesembuhan, penurunan keluhan dan atau peningkatan kesehatan. Client driven approach
    merupakan lingkungan kondusif dalam menciptakan budaya mutu dari institusi yanmed.
2. Yanmed terintegrasi adalah pelayanan holistic-continuum yang akan meningkatkan mutu dan  
    efisiensi pelayanan, termasuk pertimbangan biaya. Manajemen profesional memacu sinergi
    seluruh sumber daya.
3. Evidence based medicine adalah yanmed yang dilaksanakan profesional mengacu pada fakta
    yang benar, dapat dipercaya yang diinformasikan pada klien dan akan melandasi keputusan
    dan tindakan profesional yanmed.
4. Medicine by law. Industri pelayanan medik mengandung unsur ekonomi, sosial, profesional.  
    Transaksi yanmed tidak sama dengan transaksi umum yang mengandung kepastian. Walaupun
    pasien ditangani lege artis dapat saja terjadi kematian dan kecacadan. Undang-undang
    perlindungan konsumen tidak dapat diterapkan dalam yanmed. Untuk itu hukum yanmed perlu
    dikembangkan secara adil baik dari sisi provider maupun klien. Hukum dan perundangan  
    dalam yanmed tsb. sebagi landasan medicine by law yang merupakan risk management
    menuju pelayanan prima.

Hubungan kebijakan Depkes dengan PSC
          Menyediakan pelayanan prima pra RS. Menyediakan dokter yang memiliki kemampuan BLS dan ALS. Mengusahakan geomedic mapping yang merupakan pemetaan sumberdaya sarana dan prasarana kesehatan (SDM, biaya, teknologi) serta lokasi permasa-lahan, akan mempermudah koordinasi dan penggerakan sumberdaya kesehatan dan non kesehatan.    Pelayanan yang baik terkait dengan komunikasi dan transportasi terutama dalam bencana.  Koordinasi dengan polisi/SAR-PMK diperlukan. Koordinasi dengan unsur yang ditetapkan pemerintah yaitu Bakornas/Banas, Satkorlak, Satlak PBP hingga terjadi sinergi, efisiensi dan mutu penanggulangan.
Strategi pembentukan dan pengembangan PSC
1. Administrasi dan manajemen. Pengembangan visi, misi, strategi, kebijakan dan langkah-
    langkah. Memuat berbagai peraturan perundangan pembagian tugas kewajiban kewenangan
    dan tanggung-jawab antara unsur struktural tingkat pusat, propinsi, kabupaten-kota, termasuk
    sarana-prasarana yang berhubungan dengan transportasi, maupun yankes pra RS hingga RS.
    Diperlukan peran serta awam, awam khusus, asuransi, yang akan terkait dalam mengatur
    prosedur dan hubungan kerja. Pengembangan standar pelayanan, skreditasi dan srtifikasi PSC
    dipelukan. Dikembangkan hubungan kerja-sama (partnership, networking, communicating,
    sharing) dengan instansi terkait yang berperan pada PSC.
2. SDM. Memacu sistem perencanaan pengadaan, pemanfaatan serta pengembangannya
    sehingga tercipta hubungan yang tepat, link and match, dengan kebutuhan setempat. SDM
    didapat dari pengembangan nasional atau daerah. Profesionalisme diatur perun-dangan. Dibuat
    ketentuan tentang sertifikasi, ijazah keahlian, akreditasi diklat serta penataan jabatan struktural
    dan fungsional yang proporsional. Dikembangkan emergency and disaster medicine untuk
    memenuhi kebutuhan daerah/nasional. 
3. Teknologi. Pengembangan teknologi medik dan non medik dan penunjangnya. Melalui sistem
    penapisan, pemanfaatan, modifikasi serta penguasaannya terencana.
4. Pembiayaaan. Baik terhadap public goods, public private maupun private goods ditata melalui
    sistem prabayar seperti JPKM, asuransi, out of pocket, subsidi.

Kata kunci perencanaan terbentuknya PSC, merupakan unsur essensial PSC yang akan menjamin terwujudnya SC, al:
1. Save community.
2. Time saving is life and limb saving.
3. Preparedness, prevention, mitigation, quick response dan rehabilitation.
4. Administrasi-manajemen, SDM, teknologi dan pembiayaan.

TANGGAP DARURAT BENCANA
Pengertian
1. Korban massal. Korban relatif banyak akibat penyebab yang sama dan perlu pertolongan
    segera dengan kebutuhan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih dari yang tersedia. Tanpa  
    kerusakan infra struktur.
2. Bencana. Mendadak / tidak terencana atau perlahan tapi berlanjut, berdampak pada 
    pola kehidupan normal atau ekosistem, hingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa
    untuk menolong dan menyelamatkan korban dan lingkungannya. Korban banyak, dengan
    kerusakan infra struktur.
3. Bencana kompleks. Bencana disertai permusuhan yang luas, disertai ancaman keamanan serta
    arus pengungsian luas. Korban banyak, kerusakan infra struktur, disertai ancaman keamanan.

Masalah saat bencana
1. Keterbatasan SDM. Tenaga yang ada umumnya mempunyai tugas rutin lain
2. Keterbatasan peralatan / sarana. Pusat pelayanan tidak disiapkan untuk jumlah korban 
    yang besar.
3. Sistem Kesehatan. Belum disiapkan secara khusus untuk menghadapi bencana.

Fase pada Disaster Cycle
1. Fase Impact / bencana. Korban jiwa, kerusakan sarana-prasarana, infra struktur, tata- nan  
    sosial sehari-hari.
2. Fase Acute Response / tanggap segera :
    a. Acute emergency response. Rescue, triase, resusitasi, stabilisasi, diagnosis, terapi definitif.
    b. Emergency relief. Mamin, tenda untuk korban sehat.
    c. Emergency rehabilitation. Perbaikan jalan, jembatan dan sarana dasar lain untuk
        pertolongan korban.
3. Recovery. Pemulihan.
4. Development. Pembangunan.
5. Prevention. Pencegahan.
6. Mitigation. Pelunakan efek bencana.
7. Preparedness. Kesiapan menghadapi bencana.

Perlindungan diri bagi petugas
Prinsip Safety.
a. Do no further harm.
b. Safety diri saat respons kelokasi. Alat pengaman, rotator selalu hidup, sirine hanya saat  
    mengambil korban, persiapan pada kendaraan, parkir 15 m dari lokasi (ke bakaran : 30 m,  
    perhatikan arah angin).
c. Safety diri ditempat kejadian. Minimal berdua. Koordinasi dengan fihak terkait, cara
    mengangkat pasien, proteksi diri.
d. Safety lingkungan. Waspada bahaya yang mengancam.

Protokol Safety
1. Khusus.
          Atribut, tanda pengenal posko-ambulans, perangkat komunikasi khusus tim, jaring kerjasama dengan keamanan, hanya masuk daerah yang dinyatakan aman. Pada daerah konflik hindari menggunakan kendaraan keamanan, ambil jarak dengan petugas keamanan. Utamakan pakai kendaraan kesehatan / PMI.
2. Umum.
Koordinasi dengan instansi setempat, KIE netralitas, siapkan jalur penyelamatan diri yang hanya diketahui tim, logistik cukup, kriteria kapan harus lari.

Posko Pelayanan Gadar Bencana
1. Penyediaan posko yankes oleh petugas yang berhadapan langsung dengan 
    masyarakat. Perhatikan sarat-sarat mendirikan posko.
2. Penyediaan dan pengelolaan obat.
3. Penyediaan dan pengawasan makanan dan minuman.

Rapid Health Assessment (RHA)
Pengertian
          Penilaian kesehatan cepat melalui pengumpulan informasi cepat dan analisis besaran masalah sebagai dasar mengambil keputusan akan kebutuhan untuk tindakan penanggulangan segera.
Tujuan RHA 
          Penilaian cepat sesaat setelah kejadian untuk mengukur besaran masalah kesehatan akibat bencana atau pengungsian, hasilnya berbentuk rekomendasi untuk digunakan dalam pengambilan keputusan penanggulangan kesehatan selanjutnya.
          Secara khusus menilai jenis bencana, lokasi, penduduk terkena, dampak yang telah / akan terjadi, kerusakan sarana yang menimbulkan masalah, kemampuan sumberdaya untuk mengatasi masalah, kemampuan respons setempat.


Variabel :
          Lokasi, waktu kejadian, jumlah korban dan penyebarannya, lokasi pengungsian, masalah kesehatan dan dampaknya (jumlah tewas, jumlah luka, jumlah kerusakan sarana, endemisitas setempat, potensi air bersih, kesiapan sarana yankes, ketersediaan logistik, upaya kesehatan yang telah dilakukan, fasilitas evakuasi, kesiapan tenaga, geografis, bantuan awal yang diperlukan, kemampuan respons setempat, hambatan yang ada).

Pengumpulan data
1. Waktu. Tergantung jenis bencana.
2. Lokasi. Lokasi bencana, penampungan, daerah sekitar sebagai sumber daya.
3. Pelaksana / Tim RHA. Medis, epidemiologi, kesling, bidan/perawat, sanitarian yang bisa 
    bekerjasama dan memiliki kapasitas mengambil keputusan.

Metode RHA
Pengumpulan data dengan wawancara dan observasi langsung.
Analisis RHA
Diarahkan pada faktor risiko, penduduk yang berisiko, situasi penyakit dan budaya lokal, potensi sumber daya lokal, agar diperoleh gambaran.
1. Luasnya lokasi, hubungan transportasi dan komunikasi, kelancaran evakuasi, rujukan dan  
    pertolongan, dan pelayanan kesehatan.
2. Dampak kesehatan (epidemiologi). Angka kematian-luka, angka yang terkena dan perlu  
    pertolongan, penyakit menular berpotensi KLB.
3. Potensi sarana pelayanan. Kemampuan sarana kesehatan terdekat.
4. Potensi sumber daya kesehatan setempat dan kemugkinan mendapatkan bantuan.
5. Potensi sumber air dan sanitasi.
6. Kesediaan logistik. Yang masih ada dan yang diperlukan.

Rekomendasi
          Berdasar analisis. Segera disampaikan pada yang berwenang mana yang bisa diatasi sendiri, mana yang perlu bantuan.
          Obat-bahan-alat, medik-paramedik-surveilans-sanling, pencegahan-immunisasi, ma-min, sanling, kemungkinan KLB, koordinasi, jalur komunikasi, jalur koordinasi, bantuan lain untuk mendukung kecukupan dan kelancaran pelayanan.




PUSTAKA
1. Seri Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) / General Emergency Life Support (GELS) : Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Cetakan ketiga. Dirjen Bina Yanmed Depkes RI, 2006.
2. Tanggap Darurat Bencana (Safe Community modul 4). Depkes RI, 2006.

MENGENAL HIPOTERMIA


MENGENAL HIPOTERMIA

Bila terlalu lama menahan dingin, apalagi dalam keadaan cuaca yang berangin dan hujan bisa menyebabkan mekanisme pemanasan tubuh terganggu sehingga bisa menyebabkan penyakit kronis. Dan Hipotermia adalah keadaan dimana tubuh merasa teramat sangat kedinginan. Kedinginan yang teralu lama bisa menyebabkan tubuh beku, pembuluh darah mengerut dan memutus aliran darah yang menuju ke hidung, telinga, jari tangan dan jari kaki.


Ini yang sering melanda pendaki gunung yang menapaki puncak tinggi atau gunung bersalju. Dan dalam kondisi parah, jalan terakhir adalah amputasi. Udara dingin yang basah disertai angin yang bertiup kencang, seringkali dijumpai para pendaki. Tak jarang badai dan hujan lebat menyertai hawa dingin. Malam yang cerah seringkali membuat udara semakin dingin dan berembun. Di puncak musim kemarau justru di sekitar puncak gunung seringkali muncul kristal - kristal es yang menempel pada daun - daunan dan bunga Edelweis.

Pakaian yang basah, kaos kaki yang basah semakin menambah dinginnya badan. Keadaan akan semakin parah bila pendaki tidak memperhatikan makanan sehingga tubuh tidak memperoleh energi untuk memanaskan badan. Dinginnya udara seringkali membuat perut kembung sehingga enggan untuk makan, kecuali memang kehabisan makanan.

Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu inti ( suhu organ dalam ). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruh tubuh ( Edema Generalisata ), menghilangnya reflex tubuh ( areflexia ), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh kurang dari 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah ( low reading termometer ) sampai 250C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. 

Beberapa jenis hipotermia, yaitu:
a. Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga 35°c.
b. Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung terhadap
udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.
c. Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sistemik
( seluruh tubuh ) yang serius. Kebanyakan terjadinya di musim dingin ( salju ) dan iklim dingin.

Penyebab Hipotermia : Yang pasti ada kontak dengan lingkungan dingin, ada gangguan penyakit yang tengah diderita, penggunaan obat - obatan ataupun alkohol serta radang pancreas.

Gejala dan Indikasi Penyakit Hipotermia

a. Gejala awal hipotermia apabila suhu kurang dari 360C atau kedua kaki dan tangan terasa dingin.

b. Gigi gemeretakan, merasa sangat letih dan mengantuk yang sangat luar biasa. Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental dan fisik menjadi lamban.

c. Bila tubuh korban basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan hebat.

Selain itu bila angin bertiup kencang, maka pendaki akan cepat sekali kehilangan panas tubuhnya. Jadi kalau badan basah kuyub kehujanan dan angin bertiup kencang, maka potensi hipotermia menjadi semakin cepat terjadi.

Puncak dari gejala hipotermia adalah korban tidak lagi merasa kedinginan, tapi dia malah merasa kepanasan, dalam bukunya Norman Edwin disebut “paradoxical feeling of warmt”. Oleh karena itu si korban akan melepas bajunya satu per satu dan tetap masih merasa kepanasan.

d. Hipotermia menyerang saraf dan bergerak dengan pelan, oleh karena itu sang korban tidak merasa kalau dia menjadi korban hipotermia. Dari sejak korban tidak bisa menahan kedinginan sampai malah merasa kepanasan di tengah udara yang terasa membekukan, korban biasanya tidak sadar kalau dia telah terserang hipotermia.

e. Dalam kasus penderita hipotermia yang sampai pada taraf  “paradoxical feeling of warmt” selain merasa kepanasan dia juga terkena halusinasi. Akan tetapi, dalam banyak hal lainnya, halusinasi juga telah terjadi walau si korban tidak sampai mengalami “paradoxical feeling of warmt”. Yang jelas, ketika si korban hipotermia sudah kehilangan kesadaran, maka dia akan mudah terkena halusinasi. Dan faktor halusinasi ini yang sangat berbahaya karena korban akan “melihat bermacam - macam hal” dan dia akan mengejar apa yang dilihatnya itu tanpa menghiraukan apa - apa yang ada di hadapannya. Jadi tidaklah mengherankan kalau banyak korban hipotermia ditemukan jatuh ke jurang telah meninggal dunia.


Pencegahan serta pengobatan Hipotermia

Jalan nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup. Penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan menggunakan selimut hangat ( tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah turunnya tekanan darah secara mendadak ) atau menempatkan pasien di ruangan yang hangat. Berikan juga minuman hangat ( kalau pasien dalam kondisi sadar ).

Pencegahannya :  Gejala kedinginan yang lebih parah akan membuat gerakan tubuh menjadi tidak terkoordinasi, berjalan sempoyongan dan tersandung - sandung. Pikiran menjadi kacau, bingung, dan pembicaraannya mulai ngacau. Kulit tubuh terasa sangat dingin bila disentuh, nafas menjadi pendek dan lamban. Denyut nadi pun menjadi lamban, seringkali menjadi kram bahkan akhirnya pingsan. Untuk membantu penderita sebaiknya jangan cepat - cepat menghangatkan korban dengan botol berisikan air panas atau membaringkan di dekat api atau pemanas. Jangan menggosok - gosok tubuh penderita. Jika korban pingsan, baringkan dia dalam posisi miring. Periksa saluran pernafasan, pernafasan dan denyut nadi. Mulailah pernafasan buatan dari mulut dan menekan dada.

a. Pindahkan ke tempat kering yang teduh. Ganti pakaian basah dengan pakaian kering yang hangat, selimuti untuk mencegah kedinginan. Jika tersedia, gunakan bahan tahan angin, seperti alumunium foil atau plastik untuk perlindungan lebih lanjut. Panas tubuh dari orang lain juga bagus untuk diberikan, suruh seseorang melepas pakaian, dan berbagi pakai selimut dengan si korban. Jika penderita sadar, berikan minuman hangat
jangan memberikan minuman alkohol. Segeralah cari bantuan medis.

b. Bila kita melakukan kegiatan luar ruangan ( pendakian gunung khususnya ) pada musim hujan atau di daerah dengan curah hujan tinggi, harus membawa jas hujan, pakaian hangat ( jaket tahan air dan tahan angin ) dan pakaian ganti yang berlebih dua tiga stel, serta kaus tangan dan topi ninja juga sangat penting. Perlengkapan yang tidak kalah pentingnya adalah sepatu pendakian yang baik dan dapat menutupi sampai mata kaki, jangan pakai sendal gunung atau bahkan jangan pakai sendal jepit.

c. Bawa makanan yang cepat dibakar menjadi kalori, seperti gula jawa, coklat dll. Dalam perjalanan banyak “ngemil” untuk mengganti energi yang hilang.

d. Bila angin bertiup kencang, maka segeralah memakai perlengkapan pakaian hangat, seperti jaket dan kaus tangan. Kehilangan panas tubuh tidak terasa oleh kita, dan tahu - tahu saja kita jatuh sakit.

e. Bila hujan mulai turun bersegeralah memakai jas hujan, jangan menunggu hujan menjadi deras. Cuaca di gunung tidak dapat diduga. Hindari pakaian basah kena hujan.

f. Bila merasa dirinya lemah atau kurang kuat dalam tim, sebaiknya terus terang pada
team leader atau anggota seperjalanan yang lebih pengalaman untuk mengawasi dan
membantu bila dirasa perlu.

g. Semangat dan jangan gampang menyerah bila kondisi mulai memburuk.

Faktor kecelakaan dan bahkan kematian pendaki gunung, Hipotermia mengambil peranan yang cukup besar. Maka mulailah dari hal kecil, jangan suka minum - minuman keras alkoholsaat melakukan pendakian. Kadang beralasan, bisa menghangatkan badan jika minum alkohol, tak masuk akal bukan jika prakteknya di buat gaya - gayaan? Menandakan jiwa dan pribadi tak bertanggung jawab, pada diri sendiri dan pada orang lain. Selamat bertualang kawan semua dan jaga kesehatan raga...