Materi Pecinta Alam

Rabu, 20 Maret 2013

Teknik dan Tata Cara Penulisan Catatan Perjalanan

Halo bloggers, postingan saya kali ini akan membahas tentang teknik dan tata cara penulisan catatan perjalanan. Buat bloggers yang sering travelling, mendaki gunung atau hobi dalam jurnalistik mungkin postingan saya bisa membantu , langsung disimak aja deh yaa :)

Menulis adalah pekerjaan yang sulit namun diminati oleh banyak orang yang melek-huruf. Banyak perjalanan yang sebenarnya berpotensi bagus sebagai cerita tapi disajikan dengan cara yang tidak menarik. Tulisan ini disusun sebagai upaya untuk membantu calon penulis mengabadikan perjalanan menjadi lebih menarik melalui tulisan.

Bayangkan sebutir kerikil dilempar ke permukaan air. Peristiwa yang muncul di sini, jatuhnya batu ke permukaan air, adalah gangguan yang terjadi di permukaan air. Tidak ada peristiwa kalau batu tidak mengganggu air. Dalam karya fiksi, persoalan sering dinamakan sebagai plot. Dirumuskan lain, peristiwa tersebut adalah persoalan yang muncul di permukaan air.

Ciri khas persoalan adalah selalu menuntut penjelasan atau jalan peristiwa sesegera mungkin. Penjelasan inilah yang menarik ketika dilaporkan kepada pembaca. Semakin penting penjelasan, semakin menarik persoalan bagi pembaca. Menyampaikan peristiwa yang menuntut penjelasan cepat adalah teknik yang lazim dipakai pada penulisan naskah film horror atau detektif.

Melawan prasangka

Salah satu cara menemukan peristiwa di lapangan adalah,berpatokan pada prinsip logika semestinya tidak terjadi demikian. Kata ini dipakai apabila situasi yang muncul tidak sebagaimana harapan atau aturan. Ketidaksesuaian inilah yang disebut persoalan. Semakin tidak cocok dengan prasangka yang dianut oleh calon pembaca, semakin menariklah suatu persoalan atau peristiwa untuk ditulis.

Hal yang dimaksud dengan semestinya tidak terjadi demikian tinggal memeriksa 5 unsur berita, yakni What, Who, When, Where, dan How (unsur Why sengaja diabaikan di sini karena tidak bakal bisa dijawab dengan memuaskan dari sisi filsafat).

Misalkan unsur When pada peristiwa terbitnya matahari. Matahari terbit jam enam pagi tidak bakal menarik pembaca karena memang sudah seperti itulah kelaziman. Namun apabila matahari terbit jam tujuh pagi pastilah perlu dilaporkan kepada pembaca karena semestinya tidak terjadi demikian dalam benak pembaca.

Setelah menemukan peristiwa yang menarik, Anda tinggal menakar bobot pentingnya peristiwa. Cobalah untuk sementara ini berpatokan pada 6 nilai berita, yakni consequences, human interest, prominence, proximity, dan timelines. Urutan ini diatur berdasarkan bobot. Semakin ke belakang, semakin rendah bobotnya. Semakin banyak nilai berita di dalam ketidaklaziman yang ditemukan, semakin seru bahan tulisan Anda.

Menentukan sudut-berita di lapangan

Misalkan, matahari terbit adalah peristiwa rutin saban hari (timelines). Bagi Anda mungkin matahari terbit cukup menarik untuk dilaporkan, tapi dari segi bobot, rutinitas alam masih kalah menarik dibanding empat unsur selebihnya. Tapi coba bayangkan dampaknya pada kehidupan rekan perjalanan ( human interest) atau pada skala bangsa-bangsa (consequences).

Anggaplah Anda bergeser dan menemukan ada unsur human interest yang layak diangkat. Jadikanlah perubahan ini sebagai pedoman atau sudut-berita untuk mencari data lebih lanjut. Anda tinggal memusatkan perhatian untuk melengkapi data-data unsur berita yang memakai perspektif human interest saja.

Setelah menemukan peristiwa dan jalan ceritanya cobalah simpulkanlah dengan kata-kata sendiri peristiwa itu dalam satu kalimat. Ketika berhasil menemukan kalimat ini, Anda berarti sudah jernih memahami peristiwa itu dan bisa pulang dengan bahan tulisan yang memadai.

Kesimpulan yang mencakup 3-5 kata bisa jadi judul. Bila kalimat ini agak panjang bisa jadi pembuka tulisan Anda atau head-line. Bila tersusun atas 2-3 kalimat, jadikanlah paragraf pembuka atau lead. Lead jenis ini disebut summary lead dalam teknik jurnalistik. Kalau kesimpulan memerlukan lebih dari 3 kalimat berarti Anda masih belum mampu merumuskan persoalan yang akan ditulis dengan jernih.

Menjernihkan tulisan

Bahan yang diperoleh selama perjalanan biasanya sudah runtut dan bisa langsung ditulis. Lupakan dulu keharusan setia pada EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) atau ambisi untuk menulis bak sastrawan. Setia pada EYD bukan jaminan tulisan jernih dan menarik. Demikian pula halnya dengan memakai kata-kata puitis.

Suatu tulisan pertama-tama kudu jernih bukan bagus tatabahasanya atau bergaya prosa. Jernih yang dimaksud di sini bisa dirumuskan lain sebagai masuk-akal. Anda menemukan persoalan dan semestinya penjelasan atas peristiwa itu masuk-akal bukan?

Cara paling bersahaja untuk mencapai kejernihan adalah memaparkan secara kronologis sebagaimana Anda menemukan peristiwa dan jalan ceritanya. Ketika Anda sudah mampu menuliskan peristiwa dengan jernih, kesetiaan tatabahasa biasanya langsung muncul dengan sedirinya dalam tulisan Anda.

Tatabahasa manapun disusun supaya suatu tulisan jernih. Ketika Anda sudah jernih bertutur-tulis, tatabahasa bukan lagi suatu pembatas yang menakutkan. Ibarat pisau, di tangan orang yang salah, tatabahasa akan menjadi barang yang menakutkan. Sebaliknya, di tangan orang yang pas, tatabahasa akan menjadi perkakas yang mengasyikkan.

Melawan kata sifat dengan kata kerja

Supaya jernih selalu usahakan menggunakan kata kerja untuk mengganti kata sifat. Kalimat "kabut tebal sekali" tidak ada maknanya bagi pembaca karena "tebal" adalah kata sifat. Cobalah tukar kata itu, misalnya menjadi "kabut menyisakan ruang-pandang berjarak setengah meter". Perubahan ini jauh melibatkan pembaca ke dalam tulisan karena mereka lebih mudah membayangkan "setengah meter" ketimbang "tebal sekali". Setelah tulisan selesai, anggaplah sebagai draft yang masih perlu dibuat lebih jernih lagi.

Menyunting sendiri tulisan Anda

Untuk membuat tulisan makin jernih, cobalah membacanya keras-keras. Kalimat yang dibaca sampai membuat nafas tersengal atau lidah keseleo harus ditulis ulang. Merasa capek membaca atau bosan biasanya pertanda tulisan Anda perlu diperpendek.

Anjuran di atas bukan mau menegaskan bahwa catatan perjalanan yang panjang tidak diperbolehkan. Anda bisa saja menulis catatan perjalanan bersambung dengan menarik sekalipun dalam berapa seri, asalkan ceritanya jernih. Sebaliknya, cerita 5 paragraf saja kiranya akan membuat pembaca jenuh membaca kalau plot dan kalimatnya tidak jelas.

Ulangi terus proses ini, mulai judul sampai kata terakhir, sampai Anda bisa menikmati sendiri irama dan tulisan Anda sendiri.

Ketika Anda merasa seolah dibawa kembali oleh tulisan Anda sendiri ke lapangan, inilah pertanda tulisan Anda sudah siap dibaca oleh orang lain.
Semoga bermanfaat

Sumber: www.himpala.com

3 komentar: